REDAKSI22.COM, MERAJUKE – Ikatan Arsitektur Indonesia (IAI) resmi mengibarkan panji dan bereksistensi di Provinsi Papua Selatan dengan dilantiknya kepengurusan tingkat provinsi yang digelar di Trinity Lounge and Cafe Jl. Raya Mandala Merauke, Kamis (04/12/2025).
Kepengurusan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Papua Selatan yang dinakhodai oleh Ar. Ir. Yesayas Duma secara resmi dilantik oleh Ketua Arsitek Indonesia (IAI) Regional 6 Maluku dan Papua, Ar. Marwan Marssina disaksikan langsung oleh Gubernur Papua Selatan, Apolo Safanpo.
Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Provinsi Papua Selatan yang terbentuk dan melaksanakan musyawarah I pada Oktober 2024 dengan keanggotaannya hingga saat ini berjumlah 31 orang peserta aktif dan 24 anggota yang baru direkrut dan saat ini dikukuhkan dalam prosesi pelantikan pengurus.
Dalam kesempatan itu, Gubernur Papua Selatan, Apolo Safanpo mengajak para Arsitek di Papua Selatan untuk terus meningkatkan kompetensi dan kualifikasi agar mampu berdaya saing dengan Arsitek dari luar daerah. Selain itu, membangun relasi dengan para stakeholder sehingga tercipta harmonitas dalam pembangunan dan pelayanan masyarakat.
“IAI harus terus meng-upgrade diri, meningkatkan kapasitas, kualitas dan kompetensi agar mampu bersaing dengan siapa saja dan di mana saja. Kalau tidak, kita akan kalah bersaing dalam eksistensi kita di tengah dunia yang sangat kompetitif ini. Selain, itu kita harus membangun relasi dengan pemerintah, tokoh adat, tokoh agama serta seluruh elemen masyarakat,” pesan Gubernur.

“Saat ini, kita sedang memasuki era quatum di mana seluruh elemen akan saling berhubungan, saling berkaitan, dan saling bergantungan. Kita tidak bisa bekerja sendiri, kita butuh multi disiplin ilmu untuk melakukan pembangunan,” sambungnya.
Sementara itu, Ketua Arsitek Indonesia Papua Selatan, Ar. Ir. Yesayas Duma kepada awak redaksi22.com mengatakan, kehadiran IAI Papua Selatan siap mendorong eksistensi para arsitek di wilayah ini untuk meningkatkan daya saing dan berkontribusi dalam pembangunan daerah melalui kerja-kerja arsitek.
“Kami mau anak-anak Papua Selatan membangun daerah sendiri. Kedepan, profesi arsitek akan memiliki STRA (Surat Tanda Registrasi Arsitek) atau sertifikasi dan bersinergi dengan pemerintah daerah dengan memberikan ide-ide terkait bidang arsitektur atau rancang bangunan yang bernuansa kearifan lokal,” ujar Yesayas Duma.
Dalam kepengurusan IAI Papua Selatan, kata Yesayas, pihaknya akan berkoordinasi dengan Dewan Arsitek Indonesia untuk membuat pelatihan untuk memiliki STRA dengan struktur kelengkapan kepengurusan yang telah memenuhi standar.
“Kalau memang pesertanya sudah lengkap untuk mengikuti ujian untuk memiliki STRA. Kita akan bersinergi dengan pemerintah provinsi untuk dapat mengeluarkan Peraturan Gubernur (Pergub) tentang lisensi yang melindungi teman-teman Arsitek untuk bisa berkarya di daerah,” jelasnya.
“Lisensi itu adalah uji kompetensi. Untuk mendapat STRA, kita harus menguji kompetensi kita. Lisensi itu untuk melindungi teman-teman di daerah untuk berkarya. Jadi Arsitek dari luar kalau mau masuk kesini tetap harus berlisensi. Kalau tidak, mereka harus berkolaborasi dengan arsitek di daerah sini. Lisensi itu setiap 5 tahun diperpanjang dengan mengikuti seminar dan pelatihan. Jadi ada nilai hukum yang harus didapati,” terangnya. (*)
Penulis: Hendrik
Editor: Hen





