Unjuk Rasa di Telkom Merauke Berujung Bentrok Fisik

REDAKSI 22.COM,MERAUKE – Aksi unjuk rasa menuntut pemulihan jaringan internet di Merauke Papua Selatan berunjung bentrok fisik dengan aparat keamanan.

Unjuk rasa dilakukan oleh aliansi mahasiswa dan masyarakat Merauke peduli jaringan internet (Jarnet) digelar di halaman Kantor Telkom di Jalan Postel Merauke, Kamis (21/08/2025).

Massa peserta aksi awalnya berkumpul di Tugu Lingkaran Brawijaya (Libra) Merauke, kemudian melakukan long march menuju kantor Telkom Merauke sekitar pukul 10.30 WIT untuk melakukan orasi menuntut pemulihan kualitas jaringan internet.

Di halaman kantor, massa menggelar aksi dengan membakar ban dan merusak sejumlah fasilitas kantor berupa jendela dan fasilitas lain yang ada di halaman kantor.

Bentrok fisik antara massa aksi dan petugas keamanan pun tak terelakkan karena dipicu lemparan batu dari sekelompok peserta aksi ke arah barikade petugas keamanan yang berjaga di kantor Telkom.

Massa nyaris membakar gedung kantor Telkom Merauke, namun berhasil dihalau oleh petugas Satuan Brimob dan anggota Polres Merauke dengan menembakkan gas air mata untuk membubarkan kerumunan massa.

Aksi saling kejar antara peserta aksi unjuk rasa dengan aparat keamanan di Jl. Postel Merauke. (Foto: Hendrik)

Aksi saling kejar dan lemparan baru antara massa peserta dengan aparat keamanan pun terjadi akibat massa yang tersulut emosi terkena tembakan gas air mata. Hingga pukul 16.00 Wit , aksi massa berhasil dibubarkan aparat kepolisian.

Koordinator Aksi, Andika Labobar mengatakan aksi unjuk rasa yang dilakukan adalah bentuk kepedulian aliansi dalam menyikapi keresahan masyarakat akibat terputus akses internet atau penurunan kualitas jaringan Telkomsel 4G LTE yang mengakibatkan terganggu aktivitas perekonomian.

Dalam aksi, kata Andika Labobar, massa peserta unjuk rasa menyampaikan tiga (3) tuntutan yakni transparansi anggaran terkait PT. Telkom sebagai BUMN, penambahan provider yang dijanjikan sejak tahun 2023 lalu, dan meminta pemerintah daerah untuk segera mempersilahkan provider lain selain Telkomsel untuk masuk di Papua Selatan.

“Kami minta ada kompensasi dari pihak Telkomsel terhadap pengguna IndiHome dan paket data yang hari ini terdampak akibat pemutusan jaringan Internet,“ kata Andika Labobar.

Menurut Andika, aksi unjuk rasa yang berujung ricuh tersebut adalah bentuk kemarahan masyarakat Merauke atas kerusakan jaringan internet yang delapan (8) kali terjadi sejak tahun 2018 hingga 2025 dan belum ada penyelesaian dari pihak Telkomsel maupun pemerintah.

“Jadi bentrok fisik ini terjadi murni kekecewaan masyarakat. Untuk aksi unjuk rasa ini memang beberapa peserta aksi yang terkena lemparan dan aksi saling dorong. Teridentifikasi sekitar 3 sampai 4 orang yang luka-luka ringan. Kami datang berunjuk rasa murni menyampaikan aspirasi masyarakat,” tandas Andika. *

Penulis: Hendrik

Editor : Hendrik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *